Akuntansi



Sejarah Perkembangan dan keunggulan Akuntansi di Indonesia

Sejarah perkembanga akuntansi di Indonesia secara umum dapat dibagi ke dalam tiga periode, yaitu:
1)      Periode Penjajahan
2)      Periode Kemerdekaan dan Orde Lama
3)      Periode Orde Baru

Akuntasi Pada Masa Penjajahan

Menurut catatan sejarah, bangsa Indonesia mengalami dua masa penjajahan sekitar 350 tahun, masing-masing oleh bangsa Belanda (346 tahun) dan bangsa Jepang (3,5 tahun).

Penjajahan bangsa Belanda bermula ketika orang-orang Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman mendarat di Indonesia pada tahun 1596. Orang-orang Belanda yang mula-mula diterima dengan baik oleh bangsa Indonesia, ternyata dengan segala kelicikan berusaha menjajah bangsa Indonesia. Salah satu senjata ampuh yang digunakan adalah divide et impera. Dengan cara ini lambat laun akhirnya mereka berhasil menjajah bangsa Indonesia.

Negeri Belanda adalah sebuah negeri kecil yang tidak memiliki cukup sumber alam, dan pada waktu itu tergolong sebagai negeri miskin. Karena latar belakang yang demikian itulah maka kolonialismenya sangat kikir, serta bersifat membodohkan dan memelaratkan rakyat Indonesia. Kekayaan Indonesia diangkut ke negeri Belanda, dan sebagiannya ditanamkan di Indonesia dalam bentuk pabrik, perkebunan, dan lain-lain. Mereka memonopoli semua kegiatan politik dan ekonomi yang sangat menguntungkan mereka serta merugikan bangsa Indonesia.

Awal sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan akuntansi di negeri Belanda pada abad pertengahan. Tentu saja hal ini berhubungan dengan metode Italia yang pada waktu itu telah menyebar dan banyak dianut oleh Negara-negara di kawasan Eropa Barat.

Dalam buku Encyclopaedie van Nederlandsch Indie, D. G. Stible dan St. J. Stroomberg mencatat bahwa akuntansi di Indonesia paling tidak sudah dikenal dalam tahun 1642. Hal ini dibuktikan oleh sebuah instruksi yang dikeluarkan Gubernur Jendral (kepala pemerintah Negara Jajahan Belanda di Indonesia) mengenai pengurusan pembukuan penerimaan uang, pinjaman-pinjaman, serta jumlah uang yang diperlukan untuk eksploitasi garnisun-garnisun dan galangan kapal yang ada di Batavia dan Surabaya. Bukti lain yang diketahui adalah catatan pembukuan dari Amphioen Sociƫteit (didirikan di Batavia dalam tahun 1747), yang dengan jelas menggambarkan pengaruh-pengaruh dari metode Italia.

Beberapa hal yang menarik berkenaan dengan metode pembukuan pada masa penjajahan adalah timbulnya pengaruh-pengaruh yang menyertai kehadiran bangsa-bangsa atau keturunan asing di Indonesia. Jawatan Pajak Belanda pada waktu itu menerbitkan buku yang membahas ciri-ciri pokok dari metode pembukuan China (seperti Hokkian, Canton, Hakka, Tio Tjoe dan Metode Baru), metode India (atau lebih tepat Bombay), metode Arab (atau lebih tepat Hadramaut), dan metode Jepang.

Dalam usaha mengembangkan perekonomian, pemerintah Kolonial Belanda pada sekitar abad ke-19 membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Menyusul pada awal abad ke-20 perusahaan-perusahaan Belanda mulai memasuki Indonesia; diikuti kemudian (antara tahun 1918 sampai 1941) oleh sejumlah kantor akuntan Belanda.

Hampir bersamaan waktunya dengan kemenangan Jepang terhadap Rusia, yaitu dalam tahun 1905, pemerintah kolonial Belanda dengan politik etisnyayang bersifat kamuflase mengembangkan pendidikan(untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dengan imbalan yang murah), sistem Irigasi (yang sebenarnya hanya dimaksudkan untuk mengairi perkebunan Belanda), serta program transmigrasi (untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kuli bagi pengelolaan lahan perkebunan yang sangat luas di daerah yang jarang penduduknya).

Sebagai tindak lanjut dari suksesnya program tersebut, dengan mencontoh keadaan di Negara Belanda, para pengusaha Belanda (setelah mengadakan persiapan seperlunya) mendirika pasar modal bernama Vereninging voor de Effectenhandel di Batavia dan sekaligus memulai perdagangan efek pada tanggal 14 Desember 1912. Adapun efek yang diperjual-belikan adalah meliputi saham dan obligasi perusahaan atau perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, sertifikat saham perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di Negeri Belanda, serta berbagai efek Belanda lainnya. Dengan semakin berkembangnya pasar modal di Batavia, maka kemudian secara berturut-turutdibuka bursa efek di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925.
Membaiknya perkembangan iklim perekonomian Belanda ini, membuka peluang bagi sejumlah tenaga muda Indonesia yang berhasil menikmati pendidikan Belanda untuk bekerja sebagai pegawai rendah pada kantor-kantor atau perusahaan-perusahaan Belanda. Sebagian dari mereka dipekerjakan pada bagian tata buku (boekhounding). Dengan demikian melalui pendidikan dan praktik di lingkungan orang-prang Belanda inilah transfer ilmu akuntansi untuk pertama kalinya mengalir kepada bangsa Indonesia.

Sebagaimana kita ketahui, Jepang yang mencetuskan perang melawan sekutu pada tanggal 8 Desember 1941, dengan cepat bergerak dan pada tanggal 9 Maet 1942 memaksa Pemerintah Hindia Belanda untuk menyerah tanpa syarat di Kalijati. Sejak tanggal tersebut praktis Jepang menggantikan kedudukan Belanda sebagai penjajah Indonesia. Hal ini mengakibatkan terhentinya operai perusahaan-perusahaan serta kantor-kantor akuntan Belanda di Indonesia. Pendidikan menjadi semakin terbengkalai, dan keadaan rakyat pada umumnya kian menderita dan sengsara.

Hingga akhir perang dunia kedua, yaitu saat Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu (Amerika Serikat, Inggris, Tiongkok, Australia, Selandia Baru dan Belanda) pada tanggal 15 Agustus 1945, ternyata keadaan Jepang di Indonesia tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap metode pembukuan yang ada pada saat itu. Praktik-praktik akuntansi Jepang terbatas hanya untuk mencatat kegiatan-kegiatan mereka dan itu pun dilakukan dengan menggunakan huruf-hiruf kanji.


Akuntansi pada Masa Kemerdekaan dan Orde Lama

Pada awal masa kemerdekaan (tepatnya sejak 10 November 1945) hingga dicapainya hasil Konferensi Meja Bundar yang ditandai berdirinya Republik Indonesia Serikat pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa Indonesia mengalami pasang surut dalam bidang politik, yang disebabkan oleh keinginan Belanda untuk kembali menguasai Indonesia. Pada masa ini jelas terlihat bahwa pengaruh Belanda masih mendominasi akuntansi di Indonesia kebanyakan masih ditangani oleh orang-orang Belanda atau orang-orang Indonesia dengan latar belakang pendidikan Belanda.

Setalah proklamasi kemerdekaan tercatat hanya ada lima akuntan Indonesai. Suatu peristiwa penting yang terjadi pada awal masa kemerdekaan adalah tenaga akuntan Indonesia mulai mendapatkan pendidikan lewat bangku perguruan tinggi (dalam hal ini di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia). Pola pendidikannya tentu saja masih berorientasi pada pola Belanda.

Awal masa pemerintahan orde lama ditandai dengan pengambil-alihan perusahaan-perusahaan Belanda serta kepulangan para akuntan praktisi maupun tenaga pengajar Belanda. Sementara Universitas Indonesia yang bekerja sama dengan University of California mulai menerima tenaga-tenaga pengajar dari Amerika Serikat. Kehadiran tenaga-tenaga pengajar dari Amerika Serikat itu dengan sendirinya membawa pola pemikiran serta pendekatan baru berdasarkan pengalaman dan perkembangan akuntansi yang berlangsung di dalam negerinya.

Keunggulan akuntansi pola Amerika (Anglo Saxon Stelsel) yang bersifat lebih praktis disbandingpola Belanda (Continental Stelsel) yang sering dipandang terlalu kaku, teoritis dan sulit diterapkan, mengakibatkan akuntansi “pola Amerika” selanjutnya mengalami kemajuan pesat di Indonesia hingga sekarang, sementara “pola Belanda” secara berangsur-angsur kehilangan dominasinya akrena dari hari ke hari semakin banyak ditinggalkan.

Dua peristiwa penting lainnay yang terjadi pada masa orde lama adalah:
1.      Dikeluarkannya Undang-Undang No. 34 tahun 1954 tertanggal 13 November 1954 (diundangkan pada tanggal 2 Desember 1954) tentang pemakaian Gelar Akuntan. Undang-Undang ini membawa pengaruh besar baik terhadap pendidikan akuntan maupun terhadap persyaratan-persyaratan pemberian izin praktiknya di Indonesia.
2.      Didirikannya Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tanggal 23 Desember 1947 di Jakarta. Dan untuk pertama kalinya dipimpin oleh R. Sumardjo Tjitrosidojo.

Perkembangan yang agak kurang menguntungkan pada masa orde lama adalah terjadinya tingkat inflasi yang sangat tinggi (hingga pada akhirnya mencapai 650%), dan terjadinya penghianatan PKI yang mencapai puncaknya pada tanggal 30 September 1965, di samping kemunduran-kemunduran lain dalam bidang perekonomian.


Akuntansi pada Masa Orde Baru

Awal masa pemerintahan orde baru ditandai oleh keberhasilan menekan inflasi dari 650% pada tahun 1966 menjadi 24,75% dalam tahun 1969. Keberhasilan ini dengan sebdirinya membuat perekonomian Indonesia normal kembali, di samping mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap mata uang rupiah. Menyusul dalam tahun 1969 Pemerintah mulai melancarkan Rencana Pembangunan Lima Tahun I (Repelita I).

Untuk melaksananka Repelita tersebut diperlukan modal dalam jumlah yang sangat besar. Karenanya pemerintah berusaha menggalanng modal baik dari dalam negeri (seperti melalui: deposito, tabanas dan taska, penjualan sertifikat Bank Indinesia dan sertifikat Danareksa, serta pasar modal) maupun dari luar negeri (seperti melalui: pemberian izin PMA, serta mengusahakan perolehan dana dari lembaga keuangan internasional dain IGGI – IGGI kini diganti CGI).

Kehadiran perusahaan-perusahaan PMA di Indonesia membawa praktik-praktik akuntansi dari Negara masing-masing, bahkan perusahaan-perusahaan Amerika memberikan perangsang bagi masuknya kantor-kantor akuntan asing ke Indonesia.dalam pada itu, untuk mengantisipasi kelangkaan tenaga akuntan serta pesatnya perkembangan praktik akuntansi tersebut, Pemerintah Orde Baru melalui Depdikbud membuka jurusan akuntansi pada fakultas-fakultas ekonomi perguruan tinggi negeri, yang diikuti kemudian dengan pemberian izin kepada perguruan tinggi swasta di seluruh Indonesia untuk membuka jurusan akuntansi. Hal inilah yang semakin mendorong lulusan SMTA untuk berebut memilih jurusan akuntansi pada fakultas ekonomi.

Sementara itu, setelah mengadakan persiapan sejak tanggal 26 Juli 1968, maka berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep-25/MK/IV/1/1972 tanggal 13 Januari 1972 dibentuklah Badan Pembina Pasar Uang dan Modal. Bersamaan dengan itu, konsep kode etik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang sudah dipersiapkan sejak sebelum Kongres IAI yang pertama, akhirnya disahkan melalui Kongres IAI kedua dalam Januari 1972.

Kebutuhan akan prinsip-prinsip akuntansi dan norma-norma pemeriksaan akuntan benar-benar dirasakan pada masa ini terutama karena Pemerintah RI waktu itu sedang menyiapkan pengaktifan kembali pasar modal. Dalam Agustus 1972 Badan Pembina Pasar Uang dan Modal membentuk Panitia Penghimpunan Badan-badan dan Struktur daripada Generally Accepted Accounting Principles dan Generally Accepted Auditing Standards. Melalui kerja sama dengan IAI dan para akuntan lainnya. Panitia ini kemudian menghasilkan konsep Prinsip Akuntansi Indonesia (yang didasarkan pada karya tulis Paul Grady berjudul Inventory of Generally Accepted Accounting Principles for Business Enterprise yang dipublikasikan melalui Accounting Research Study No. 7 : AICPA – 1965) dan Norma Pemeriksaan Akuntan (yang didasarkan pada Statement on Auditing Procedure No. 33 : AICPA – 1963).

Melalui Kongres IAI ketiga tanggal 2 Desember 1973, kedua konsep yang dihasilkan oleh panitia tersebut di atas secara resmi disahkan menjadi Prinsip Akuntansi Indonesia dan Norma Pemeriksaan Akuntan yang berlaku di seluruh Indonesia. Hasil Kongres IAI ketiga ini selanjutnya menjadi bahan penting bagi praktik akuntan di Indonesia.

Sejalan dengan perkembangan dunia usaha dan diberlakukannya UU Perpajakan 1984 maka secara bertahap Prinsip Akuntansi Indonesia dan Norma Pemerikasaan Akuntan ditambah, disesuaikan serta disempurnakan. Sedangkan Kode Etik Akuntan Indonesia dan Organisasi IAI dari waktu ke waktu senantiasa dikaji dan disempurnakan sesuai dengan perkembangan keadaan.

Sumber : http://fauziahmulyana05.blogspot.com/2013/09/sejarah-perkembangan-akuntansi-di.html

Keunggulan Akuntansi
1.       Kemudahan dalam memperoleh pekerjaan. Akuntansi sangat banyak dibutuhkan dimanapun. Di perusahaan besar posisi akuntansi sangat banyak dibutuhkan. Akan tetapi semua kembali kepada individu dan usahanya masing-masing. Jika individu tersebut memiliki kualitas yang unggul,kepribadian yang baik,dan sangat berusaha untuk mendapatkan yang terbaik pasti ia akan mendapatkan pekerjaan sesuai yang diinginkan
2.      Membantu perusahaan dalam membuat perencanaan keuangan

Sumber gambar : http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://assets.kompas.com/data/photo/2013/05/14/1353464-akuntansi-dan-keuangan-menghitung-dengan-kalkulator-fakultas-ekonomi-620X310.jpg&imgrefurl=http://www.pedidikanindonesia.com/2015/02/4-ptn-dengan-jurusan-akuntansi-terbaik.html&h=327&w=654&tbnid=0zMJw5vzITBhMM:&zoom=1&docid=Dzy_0ThQ9WF83M&ei=GhmMVZz8M8SC8gW-z5HoAw&tbm=isch&client=firefox-a

Tidak ada komentar:

Posting Komentar